Satu Hari, Dua Kegembiraan Hadir di Halaman Yazidatul Ula Gunung Mandar: Pasar Masannang dan Tajerian Noor

Ketua Pengurus Masjid Yazidatul Ula, Ibnu Faozi (mengenakan sarung) bersama pengusahan dan politis Nasdem, Tajerian Noor (kaos merah bata) dan Ketua DPD Nasdem Kotabaru Farid Budiman (tiga dari kanan) saat mengunjungi masjid Yazidatul Ula, di Gunung Mandar, Pulau Laut Kotabaru | Foto: Zul for Jurnal Banua
JURNALBANUA.COM, KOTABARU - Dua momentum indah itu datang di Gunung Mandar Kotabaru tepat hari Jumat 1 Desember 2023: Pasar Masannang dan Tajerian Noor. Kedua momentum tersebut diharapkan menjadi mercusuar visi bersama, bahwa masjid bukan saja tempat ibadah vertikal, tapi juga sebagai wadah kekuatan ekonomi rakyat.

Dengan wajah ceria, Ketua Pengurus Masjid Yazidatul Ula, Ibnu Faozi mengatakan, pengusaha muda sekaligus politisi Nasdem Tajerian Noor bersedia terlibat dalam membantu merampungkan masjid yang berada di Gunung Mandar, Baharu Selatan tersebut.

"Beliau datang ke sini, dan mengapresiasi konsep masjid untuk membantu perekonomian warga sekitar," kata Ibnu kepada Jurnal Banua.

Yazidatul Ula jelas dosen di Politeknik ini, adalah cita-cita besar beberapa tokoh di daerah, bahwa masjid sejatinya menjadi suluh terhadap semua masalah rakyat. Termasuk soal ekonomi.

Gayung bersambut, konsep tersebut mendapat dukungan dari warga dan pemerintah melalui dana hibah di 2022. Dan sekarang masjid itu hampir selesai, karena anggaran yang mereka dapatkan sebelumnya, kata Ibnu memang belum cukup.

Sehingga kunjungan dadakan Tajerian Noor, yang kemudian tertarik ikut berkontribusi menyelesaikan pembangunan masjid tersebut, dinilai Ibnu adalah menjadi pelengkap kegembiraan momentum Pasar Masannang. "Masannang ini dari bahasa Mandar, artinya gembira," jelasnya.

Sekedar diketahui, beberapa hari sebelumnya, warga dan pengurus sibuk di halaman masjid, merangkai tenda dan lapak-lapak. Mereka mempersiapkan agenda Pasar Masannang, sebuah pasar yang rencananya digelar tiap Jumat untuk para pedagang lokal.

Warga di ramai menghadiri Pasar Masannang sore Jumat 1 Desember 2023 di Gunung Mandar. Terlihat masjid Yazidatul Ula di latar belakang | Foto: Awaludin for Jurnal Banua
Mungkin karena berada persis di kaki Gunung Sebatung, animo warga begitu tinggi untuk segera bisa menyaksikan keramaian pasar dalam suasana khas pedesaan. Ada banyak pedagang UMKM yang mendaftar ke pengurus masjid, tapi panitia hanya dapat menerima 50 pedagang karena terbatasnya tempat.

Dan Jumat sorenya, ketika acara tersebut resmi digelar secara perdana, ramai warga datang berduyun-duyun. Seperti raut wajah Ibnu, mereka juga gembira. Kegembiraan yang terlihat muncul dari sebab yang sederhana: kampung yang dikenal berdekatan dengan salah satu sumber mata air terbaik di Pulau Laut ini menjadi meriah.

Gunung Mandar menjadi semarak, tua dan muda hilir mudik di Pasar Masannang denga raut wajah riang. Satu dua terlihat orang tua dengan badan yang sehat turun dari punggung Sebatung ke Gunung Mandar membawa karung kemiri di punggungnya dan melambai ke orang-orang yang ada di pasar.

Jika Anda belum pernah ke Gunung Mandar, maka banyangkanlah suasana seperti ini: malam hari dingin, siang sejuk.  Lokasinya hanya sekitar lima kilometer dari arah pusat kota. Tapi karena berada persis di kaki Sebatung yang masih perawan, membuat udara di sana begitu segar.

Aliran sungai yang melintasi Gunung Mandar dan Baharu Selatan adalah salah satu aliran air kualitas terbaik yang dimiliki Pulau Laut. Faktanya, pipa air bekas buatan Belanda masih dimanfaatkan warga sampai sekarang.

Mayoritas warga di sana bekerja sebagai pekebun. Yang mereka rawat dan tunggu hasil panennya mayoritas dari tanaman buah berakar tunggang: khas tanaman pelindung bumi. Ada binjai, manggis, langsat, durian, hingga kemiri. Ketika angin berhembus, dedaunan pepohonan tersebut saling bergesekan menimbulkan perasaan tenang.

Tidak ada yang membuka lahan secara serampangan di Gunung Mandar dan Sebatung. Selain karena konsep berkebun warganya ramah lingkungan, juga karena kontur Sebatung yang begitu curam, tidak efisien untuk mengolah lahan perkebunan atau pertanian terbuka. Kondisi geografis yang begitu justru yang menjadi sebab Sebatung masih tegak hijau menjulang.

Sementara itu, Tajerian Noor kepada beberapa wartawan di Kotabaru mengatakan, konsep pasar Masannang ke depan akan lebih baik jika dimanfaatkan sebagai wadah hasil kreativitas hasil perkebunan warga di sana. "Kulit manggis banyak di sana, itu kalau dikemas jadi herbal akan menambah nilai ekonomi lebih besar," ujarnya.

"Mencapai kemandirian ekonomi warga memang harus kita kerjakan bersama-sama, tidak bisa sendiri. Makanya ketika saya diminta pengurus masjid untuk terlibat dalam finishing masjid, saya terima dengan senang hati. Saya setuju masji bisa jadi faktor penggerak ekonomi, dengan syarat transparan dan semua keuntungan untuk umat," tambahnya.

Ketua Komisi II DPRD Kotabaru, Awaludin yang sempat hadir di pembukaan Pasar Masannang mengapresiasi gawe warga itu. "Produk UMKM lokal kita sebebarnya sangat potensial untuk menguasai mayoritas pasar, tinggal kemasan dan stabilitas produksinya. Kami di komisi dua akan berjuang maksimal. Jujur melihat semangat kebersamaan seperti ini itu semacam tambahan energi yang luar biasa," ujarnya kepada Jurnal Banua.

Dia pun menyarankan kepada warga kaki Sebatung, khususnya di Gunung Mandar dan Baharu Selatan untuk membuat proposal terobosan konsep UMKM. Dia di komisi berjanji akan mengawal aspirasi tersebut hingga gol di buku anggaran nanti. (zal/jb)


Space Iklan

Tags :

bm
Jurnal Banua

Situs pemberitaan online Jurnal Banua telah memiliki badan hukum dan terdaftar di Kemenkumham RI. Semua produk pemberitaan diolah melalui proses jurnalistik yang profesional dan bertanggungjawab.

Posting Komentar