Masjid Terapung Pertama di Kalsel Berlabuh di Tepi Pantai Kota Pejuang Pagatan

ESTETIK: Masjid terapung Ziyadatul Abrar di Pagatan menyerupai perahu atau kapal layar yang berlayar dari timur ke barat, di pantai tepi jalan nasional Kota Pagatan : Foto: IST
JURNALBANUA.COM, BATULICIN - Matahari akhir November perlahan muncul dari balik gugusan pegunungan Pulau Laut. Kehangatan sinarnya meraba bangunan estetik yang berlabuh di garis pantai seberang selatnya: di kotanya keturunan darah pejuang: Pagatan.

Para nelayan yang kembali dari laut sejenak terpana, melihat nuansa emas memayungi masjid terapung itu. Memberikan efek psikologis yang menenangkan dan menyenangkan.

Minggu tadi, masjid terapung Ziyadatul Abrar bergaya perahu layar, simbol harapan dan perjuangan, telah diresmikan Bupati Zairullah Azhar.

Masjid tersebut tepat berada di tepi jalan nasional, di atas laut bentang indah pantai Pagatan. Warnanya didominasi hijau, yang menurut Zairullah menggambarkan harapan dan ketenangan. Ukurannya sekitar 40 meter persegi, memiliki dua lantai.

Lantai pertama adalah ruangan serba guna, dan lantai atas diperuntukan sebagai tempat ibadah. Total biaya pengerjaan masjid wisata ini disebut menelan rupiah sebesar Rp43 milir dari dana CSR.

Jika kita memperhatikan seksama dari arah jalan, masjid yang dihiasi kelir emas itu serupa sebuah perahu layar yang gagah berlayar di tengah lautan, membelah arus dari timur ke barat. Sebuah perjalanan yang menggambarkan suasana kebatinan: semua perjalanan di dunia akhirnya bermuara pada pengabdian kepada Tuhan.

Zairullah dalam sambutannya bersyukur, masdji tersebut selesai tepat waktu. Dia masih ingat pada Maret 2021 tadi, seremonial peletakan batu pertama dia lakukan di sana. Dan sekarang, masjid yang diharapkan menjadi simbol konsep Bumi Bersujud tersebut telah rampung.

"Kita harapkan, bangunan ini bukan sekadar ikon wisata religi. Tapi lebih dari itu, dia menjadi simbol arah dan langkah kita dalam membangun daerah ini," ujarnya.

Bupati Zairullah Azhar meresmikan masjid terapung pertama di Kalsel, Minggu 26 November 2023 | Foto: IST
Menurut politisi senior ini, daerah yang hidup dalam suasana religi, faktanya: warga hidup dalam ketenangan. Menurutnya, parameter utama kesejahteraan warga adalah ketika setiap hati di rumah warga berada dalam ketenangan dan kebahagiaan.

"Inilah cita-cita besar kita bersama. Cita-cita ini tidak bisa kita capai tanpa kerja sama yang kuat semua elemen masyarakat," bebernya.

Berdirinya masjid itu sendiri memberikan banyak manfaat. Salah satu yang paling terlihat adalah ekonomi. Para pengusaha UMKM yang berjualan di tepi pantai Pagatan, mengaku kehadiran ikon baru tersebut menjual hasil penjualan mereka.

Menariknya, mayoritas produk UMKM yang diadagangkan bahan bakunya berasal dari hasil bumi lokal. Sebut saja pentol ikan tenggiri, pisang epe khas Sulawesi dan seterusnya. Artinya sederhana: penjuala UMKM kuliner meningkat, hasil kebun warga juga terserap.

Salah satu tokoh muda Tanah Bumbu, Argu Sukriawan mengatakan, kalau Pagatan mempunyai banyak aspek menarik dikembangkan. Ada dua faktor membuat Pagatan memiliki karakteristik khas. Pertama keindahan alamnya, kedua adalah karakter masyarakatnya yang toleran dan memilki daya juang yang tinggi.

"Pagatan adalah bukti sejarah, tentang konsep wilayah yang dibangun dengan mempertimbangkan kemandirian lokal. Warga Pagatan, hingga sekarang mampu mandiri secara pangan. Protein dan karbohidrat mereka melimpah. Hampara sawah luas, bukan muncul sim salabim, tapi sudah dikonsep oleh pendiri Pagatan, Puanna Dekke ketika diberikan hak mengelola wilayah oleh Kesultanan Banjar pada masa abad 18," ujar pemuda yang biasa disapa Argu ini.

Maka jangan heran katanya, banyak pemuda dari Pagatan yang sekarang namanya berkibar. Selain Zairulllah, publik juga mengenal nama Sulaiman Umar. Keduanya berangkat dari dunia yang sama: dokter lalu politisi. "Banyak lagi tokoh muda dari Pagatan yang sekarang memegang peranan penting dalam roda pembangunan bangsa ini," tekannya.

Argu menilai kehadiran masjid terapung di Pagatan, mesti dikawal dengan serius. Salah satunya dengan membuat program berkala yang menyasar anak muda di sana. "Misalnya di sana kita bisa gelar pesantren kilat, atau pelatihan menulis untuk para pelajar, dan banyak lagi," sarannya.'

Sekadar diketahui, Pagatan adalah sebuah wilayah di pesisir Kalsel bagian tenggara. Dia memiliki selat yang berhadapan langsung dengan Pulau Laut. Letakannya yang stragegis ini membuat penjajah Belanda di masa agresi militer melakukan penaklukan yang dilawan dengan heroik para pejuang di Pagatan, tepatnya tanggal 7 Februari 1946 silam. (zal/jb)


Space Iklan

Tags :

bm
Jurnal Banua

Situs pemberitaan online Jurnal Banua telah memiliki badan hukum dan terdaftar di Kemenkumham RI. Semua produk pemberitaan diolah melalui proses jurnalistik yang profesional dan bertanggungjawab.

Posting Komentar