Tajerian Noor dan Para Pemimpin Parpol di Kotabaru: Tulusnya Persahabatan Jembatani Sekat Perbedaan Pilihan Politik

Tajerian Noor (tengah kaos biru), Ketua DPC Gerindra Kotabaru Nur'Aini Syahran (enam dari kanan), Ketua DPC PAN Kotabaru Awaludin (empat dari kiri), Ketua DPD Nasdem Kotabaru H Farid Budiman (empat dari kanan) bergandengan tangan dengan beberapa tokoh masyarakat, akademisi dan jurnalis di Kotabaru, Senin 13 November 2023 malam tadi | Foto: Jurnal Banua 
JURNALBANUA.COM, KOTABARU - Nun di ujung tenggara Kalimantan Selatan, keindahan sikap politik dipertontonkan para politisi muda. Walau berbeda warna, berbeda juga arah dukungan, tapi mereka tetap dapat duduk dan tertawa bersama dalam diskusi renyah berbalut gagasan dan canda.

Pertemuan para politisi yang juga dihadiri jurnalis serta akademisi tersebut sejatinya terjadi secara kebetulan. Pemicunya adalah kedatangan tokoh muda Kalimantan Selatan H Tajerian Noor ke beberapa daerah akhir-akhir ini.

Kedatangannya tersebut rupanya sudah lama dirindukan beberapa sahabatnya, khususnya di Tanah Bumbu dan Kotabaru. Buktinya, mendengar informasi kalau pengusaha muda tersebut akan datang ke Kotabaru, seorang tokoh masyarakat di Kecamatan Pulau Laut Barat rela menempuh perjalanan roda dua sekitar 3,5 jam dari desanya ke pusat kota.

Tajerian Noor sendiri tiba di Kotabaru sore Senin 13 November kemarin. Sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Nasdem Kalimantan Selatan, dia langsung melakukan konsolidasi dengan para kader di salah satu hotel di pusat kota. Acara tersebut digawangi Ketua DPD Nasdem Kotabaru H Farid Budiman akrab disapa Ayid.

Lepas Isya, Tajerian Noor kemudian mengunjungi kantor DPD Nasdem. Di sinilah Ayid kemudian memberanikan diri, untuk mengabarkan kalau banyak tokoh politik juga akademisi ingin bertemu dengannya. "Siapa?" tanya Tajeri yang langsung dijawab Ayid dengan menyebut beberapa nama.

"Silakan, mereka semua itu sahabat lama saya. Toh, agenda internal kita juga sudah selesai kan," ujarnya tersenyum,

Tidak lama kemudian datang pria tinggi besar. Tarikan senyumannya khas. Dialah Ketua DPC Gerindra Kotabaru Nur'Aini Syahran --akrab disapa Om Noy. Politikus yang kenyang makan asam garam percaturan kepentingan ini langsung berteriak dan seperti memburu ke arah Tajeri. Yang disapa juga berlaku sebaliknya. Dua pria itu kemudian berangkulan, saling menyakan kabar masing-masing.

"Lama sekali baru ketemu," ujarnya.

Tak lama kemudian datang seorang pria, juga tinggi. Di tempat asalnya dia dikenal sebagai musisi serba bisa: dangdut oke, klasik pun jadi. Dia suami seorang biduan yang begitu terkenal pada masanya. Dialah Amank, tokoh masyarakat asal Lontar, Kecamatan Pulau Laut Barat. Dia bela-belain menempuh perjalan darat dengan roda dua selama 3,5 jam demi bertemu sahabat lamanya itu.

Belum usai kejutan. Tidak lama kemudian datang juga eks penjual martabak legendaris. Mengapa legendaris, karena dari kisah hidupnya yang gigih saat berjualan martabak di Kotabaru dia kemudian menjadi buah bibir. Nasib lalu membawanya terpilih sebagai kepala desa, kemudian anggoota DPRD, dan belum lama tadi berhasil menduduki jabatan Ketua DPC PAN Kotabaru. Dialah Awaludin.

Awal tidak sendiri. Datang bersama dosen Politeknik Kotabaru Ibnu Faozi dan jurnalis senior Masduki. Dua nama terkahir juga adalah sahabat Tajeri.

Perbincangan hangat mengalir, dari satu kisah ke kisah lainnya. Petinggi Gerinda dan PAN sama sekali tidak terusik duduk di dalam gedung yang seluruhnya menggambarkan kalau mereka berada di sarang "lawan". Yang terlihat saat itu justru suasana kebatinan para tokoh muda yang begitu mencintai tanah Banua ini.

"Tajerian Noor ini adalah salah satu pemuda yang memiliki jasa besar bagi Kotabaru. Kecintaanya kepada Banua sudah tidak diragukan lagi. Setia kawan, dan tidak menilai sesama dari status sosial," jelas Om Noy kepada Jurnal Banua.

Politikus yang dikenal santun ini menambahkan, perbedaan sejatinya adalah keindahan. Begitu juga dengan keragaman warna politik, bukan merupakan hambatan. "Pilihan politik boleh beda tapi persahabatan dan persatuan tetap utama, itu modal kita dalam membangun daerah ini," tekannya.

Hal senada juga dikatakan Awaludin. Politik katanya harus mencerminkan budaya nusantara yang beradab. Perbedaan pendapat dan pilihan justru diperlukan untuk mendapatkan hasil terbaik. "Hasil terbaik tersebut kemudian kita aplikasikan. Seperti semboyan Kotabaru, Saijaan yang artinya saiya sakata, sairing dan sajalan," ucapnya teoritis.

Awaludin menjelaskan, kalau Tajerian Noor adalah salah satu orang yang berjasa besar dalam sejarah kehidupan politiknya. Tajeri-lah salah satu tokoh yang mengangkat namanya sedemkian populer saat dia bekerja sebagai penjual martabak. "Saya tidak akan pernah melupakan momen tersebut," akunya.

Begitulah, mereka kemudian larut dalam perbincangan, tentang Kotabaru, Kalsel dan Indonesia. Tajerian Noor walau masih berusia muda terlihat mampu menjadi mercusuar pertemuan tersebut. Gagasannya yang berangkat dari pengalaman hidup yang dalam seakan menjadi hidup dan visioner di mata para sahabatnya.

"Tidak ada gunanya kita harus berkelahi hanya karena perbedaan politik. Pada akhirnya daerah ini tidak bisa kita bangun sendiri. Kita yang merupakan putra daerah, harus bersatu, di posisi apa pun kita berdiri. Sama-sama berjuang sesuai keahlian masing-masing," ujarnya.

Dia hadapan para sahabatnya itu, dia mengaku juga merasakan kerinduan yang sama. Apalagi Kotabaru lekat dengan kenangan indah masa kecilnya dahulu. Sehingga bertemu dengan para sahabat, walau tidak bisa semua, cukup dapat mengobati kerinduannya akan kampung halaman.

"Kita mesti bersukur dalam perjalanan panjang seperti ini, diterpa berkali-kali oleh perbedaan kepentingan politik, namun kita masih bisa duduk bersama tanpa sekat, hanya dibingkai atas dasar persahabatan dan kecintaan pada tanah kelahiran. Dan akhirnya kita bisa sepakat, bahwa kita harus mewariskan yang terbaik buat anak cucu kita nanti," ujarnya dalam.

Sang dosen, Ibnu Faozi yang dalam perbincangan tersebut lebih banyak berdiam diri akhirnya angkat suara. Pertemuan malam itu ujarnya, dapat disebut pertemuan agung. Bagaimana kebersamaan tetap dibangun walau sekarang suhu politik demikian hangatnya.

"Inilah yang selama ini kita sebut dengan kedewasaan berpolitik. Jika suasana seperti ini dapat  kita pertahankan dan tularkan ke masyarakat, maka kita bisa berharap banyak akan hari esok," bebernya.

Dia berharap, para politisi muda asal Kotabaru memberikan perhatian lebih kepada anak muda yang sekarang menghadapi tantangan zaman luar biasa.

Fenomena pertemuan tersebut rupanya menggugah emosional politisi paling muda yang ikut hadir Ardiansyah --akrab disapa Dian Tadung. Ditemani rekannya Syahriansyah alias Inyix, Dian mengaku terpesona melihat kedewasaan berpolitik senior-seniornya. "Walau pertemuan ini sangat singkat, tapi sangat menginspirasi kami. Ternyata perbedaan politik bukan alasan untuk kita saling bertentangan," lirihnya. (zal/jb)


Space Iklan

Tags :

bm
Jurnal Banua

Situs pemberitaan online Jurnal Banua telah memiliki badan hukum dan terdaftar di Kemenkumham RI. Semua produk pemberitaan diolah melalui proses jurnalistik yang profesional dan bertanggungjawab.

Posting Komentar