Ketika Riuh Pelabuhan Ikan Batulicin Tak Lagi Sama

Seorang ibu penjaja ikan keliling membeli ikan di pelabuhan TPI Tanah Bumbu, Selasa (31/8) dini hari - Foto: Jurnal Banua
Sebelum azan berkumandang, riuh suara di pelabuhan TPI Tanah Bumbu. Tawar menawar nyaring terdengar, Selasa (31/8). Tapi ingarnya tak lagi seperti dulu. Doa-doa terlihat dari wajah-wajah penjaja ikan.

JURNALBANUA.COM, BATULICIN - Belasan kapal sandar. Pria-pria berotot asyik membongkar ikan. Di atas pelabuhan para pembeli antre. Tengkulak asyik menimbang.

Pedagang ikan keliling yang biasa jualan ke desa pakai roda dua sibuk hilir mudik. Mereka datang dari banyak tempat. Sampai perbatasan Kotabaru.

Distributor besar yang pakai pikap juga tak kalah sibuk. Memarkir di atas lahan yang sempit. Selesai parkir, ikan-ikan besar segar diangkut ke bak mereka. Tongkol, kakap. Banyak jenis lain lagi. Penulis tak hapal.

Walau terkesan riuh, tapi suasananya jauh menurun dibanding sebelum corona. Banyak tengkulak dan pedagang bangkrut.

"Ini tidak seberapa. Sebelum corona jauh lebih ramai," kata Nurdiana, wanita penjual makanan di sana kepada Jurnal Banua.

Yaser pedagang ikan sepeda motor mengaku. Sebelum corona datang, dia bisa dapat dua ratus ribu bersih sehari. Sekarang hanya kisaran seratus ribu.

"Daya beli masyarakat menurun drastis. Ikan pun ditawar miring sudah," katanya.

Tapi Yaser dan puluhan pedagang ikan keliling tetap bertahan. Asap dapur harus tetap ngebul. Saat orang banyak tidur, mereka melawan dingin dan kantuk.

Lokasi TPI berada persis di jantung pesisir Tanah Bumbu. Hanya sekitar satu kilometer dari pusat kota. Akses jalan ke sana sempit.

Kondisi dermaga seolah menggambarkan ekonomi saat ini. Lantai betonnya terkupas di mana-mana. Becek dan licin. Sepatu boot ibu muda menggendong anaknya berdecit.

"Dulu ini dikelola kabupaten. Sekarang yang kelola provinsi. Sudah lama tidak dibaiki," kata Nurdiana.

Tidak lama datang seorang pria paruh baya. Membawa sekeresek ikan ke Nurdiana. Ikan itu katanya dia dapat cuma-cuma. Imbalannya, si pria minta sebotol minuman dingin.

"Bukan cuma ikan. Di sana juga banyak kue enak-enak," kata Agus, pehobi mancing yang tinggal di Jalan Batu Benawa.

Benar saja. Beberapa lapak di pintu masuk jualan kue-kue. Khas tradisional. Paling favorit kata beberapa orang di sana adalah ketan berbalur kelapa. Cuma si penjual baru datang lepas azan.

Jelang pagi, suara orang mengaji makin ramai di surau-surau. Beberapa pedagang ikan keliling sudah jalan. Yang lain masih sibuk memukul es.

Di mana-mana, saat ditanya soal corona semua berharap sama. Pandemi ini segera berlalu. Semoga doa-doa mereka yang bekerja saat banyak orang tidur itu dikabulkan. (shd/jb)


Space Iklan

Tags :

bm
Jurnal Banua

Situs pemberitaan online Jurnal Banua telah memiliki badan hukum dan terdaftar di Kemenkumham RI. Semua produk pemberitaan diolah melalui proses jurnalistik yang profesional dan bertanggungjawab.

Posting Komentar