Ketika Syamsuddin Ceramahi Wartawan: Ungkap Rahasia Rezeki

Plt Kaban BPKAD Syamsuddin menceramahi wartawan di ruang kerjanya, awal pekan tadi
Suaranya lumayan merdu. Mengalun naik turun. Plt Kaban BPKAD Syamsuddin melantunkan ayat suci di depan wartawan. Belum puas, dia lantas memberikan ceramah. Kata-katanya dalam, menikam.

JURNALBANUA.COM, BATULICIN - Seperti hari yang lain, Syamsuddin sibuk meneken berkas. TV layar lebar di samping meja kerjanya menayangkan siaran orang mengaji.

Sesekali dia ikut olah suara. Mengikuti bacaan qari. Tidak disangka, pria bertubuh kecil itu pandai berlagu. Nada tinggi qari dia ikuti.

"Kunci rezeki itu ada di sedekah," ucapnya tiba-tiba kepada wartawan yang menunggu.

Awal pekan tadi, beberapa jurnalis menghadap. Mengkonfirmasi beberapa program kegiatan pemerintah. Sayang saat di dalam ruangan, Syamsuddin tampak amat sibuk, wartawan pun sabar menunggu.

Namun belum sempat wartawan bertanya, dia lebih dahulu buka suara. Lebih tepatnya berceramah.

"Cobalah sesekali. Ketika mau sedekah, ambil di kantong, jangan lihat angkanya, langsung kasih saja, tapi harus ikhlas. Lihat, nanti rezeki datang berlipat," ucapnya kepada wartawan.

Dia melanjutkan, masalah atau musibah harus dilihat dari banyak sisi. Apakah itu ujian atau teguran. Jangan-jangan ujarnya, masalah yang menimpa, karena manusia tak pandai bersyukur.

Tidak berhenti. Dia melanjutkan.

"Usahakan sangka baik saja sama orang. Siapa pun dia. Kita tidak tahu. Bisa saja kemarin dia pendosa, tapi hari ini dijamin masuk surga. Pernah dengar kan, kisah pelacur masuk surga, hanya karena memberi anjing minum di tengah padang pasir," bebernya.

Beberapa wartawan menyimak serius. Beberapa lagi gelisah, karena ingin bertanya untuk kelengkapan bahan berita. Sisanya senyum, dengan guratan bibir yang sulit diartikan maknanya: senyum tulus atau terpaksa.

Sambil terus menekan, Syamsuddin melanjutkan ceramahnya. Sesekali diangkatnya kepalanya, menatap serius. Tampak uban berwarna putih di beberapa helai janggutnya.

"Sangka baik terus. Mudah menemukan nur Muhammad. Jika dalam diri orang ada kebaikan, itulah nur Muhammad," tambahnya.

Saat mengucapkan kalimat itu, Syamsuddin menatap lekat-lekat ke semua wajah wartawan. Seakan mencari-cari hal-hal baik di paras parade kuli tinta itu.

"Berat ini sudah. Masuk tasauf," celutuk Yadi, jurnalis yang mudah dikenali dari kejauhan, karena posturnya yang khas: kurus tinggi langsing (kutilang).

Waktu berlalu. Ceramah nampaknya semakin berat materinya. "Benar-benar kena siraman rohani kita hari ini," celutuk Agus, wartawan dari media online.

Begitulah nuansa di salah satu sudut birokrasi Tanah Bumbu saat ini. Konsep Serambi Madinah, perlahan nampaknya mulai terlihat.

Jika Zuhur tiba, nampak beberapa ASN sibuk ke kamar mandi. Ke luar wajahnya basah dengan air. Ada yang memilih menunaikan kewajiban di dalam kantor, ada memilih ke musala.

Warna spiritual mulai menggeliat kembali. Suasana itu kata tokoh masyarakat di Pagatan, Anwar sangat lekat di tahun 2008 nan. Saat Bupati Zairullah menjabat pertama kali.

"Tahun itu juga merupakan era keemasan Tanah Bumbu. Orang ramai datang mencari kerja ke sini," bebernya. (shd/jb)


Space Iklan

Tags :

bm
Jurnal Banua

Situs pemberitaan online Jurnal Banua telah memiliki badan hukum dan terdaftar di Kemenkumham RI. Semua produk pemberitaan diolah melalui proses jurnalistik yang profesional dan bertanggungjawab.

Posting Komentar