Serunya Otomotif Mini di Kandangan, Alihkan Anak dari Tik-Tok

Penggemar permainan mini 4WD di Kandangan berpose usai lomba di Gedung Sinar Bhakti Hamalau, Minggu (17/11)



JURNALBANUA.COM, KANDANGAN - Raum mesin RPM tinggi terdengar dari dalam Gedung Sinar Bhakti Hamalau, Minggu (17/11) tadi. Seolah puluhan mobil Formula 1 bersuara mini adu balap.

Mini 4WD, remaja tahun 90 an penggemar otomotif akrab dengan istilah ini. Dulu, sebelum era gadget, permainan mini 4WD begitu populer.

Tamiya, begitu biasa remaja menyebutnya. Meski nama itu sebenarnya adalah merek pembuat mainannya. Sempat meredup setelah era kejayaannya di 90 an. Namum mulai bangkit lagi di sekitar 2003 karena serial Lets and Go di TV swasta.

Lalu setelah itu redup lagi. Namun di akhir-akhir ini tamiya mulai digeber lagi. Oleh para dewasa yang rindu permainan masa remaja mereka.

Sekarang, lomba tamiya bahkan banyak digelar di mall. Salah satunya di Transmart Banjarmasin. Lomba itu sendiri sukses menjadi bukti bahwa penggemar tamiya memang sejibun.

Ditingkahi raum mesin dinamo mobil-mobilan, Race Director, Rully, di Gedung Sinar Bhakti Hamalau kepada Jurnal Banua mengatakan ada sekitar ratusan penggemar tamiya di Hulu Sungai Selatan.

Tamiya, permainan yang trend di tahun 90 an kini mulai dipopulerkan kembali



"Mereka ada yang kategori STB, STO, Nascar. Yang hari ini itu main dari STB, ada sekitar 30 orang main," ujarnya.

Tiap kategori itu berdasarkan tingkat kecanggihan tamiya. STB itu mobil rakitannya masih standar pabrik. STO sudah rakitan, sehingga lebih ngebut dibanding STB. Nascar, ini puncak ajang bergengsi, seperti Moto GP di road race. Di Nascar, mobil mainan itu ada yang kecepatannya hingga 100 kilometer per jam.

Ikhsan salah satu penggemar Tamiya di Kandangan habis puluhan juta hanya untuk oprek tamiya. Upgrade sana-sini. "Hobi, juga asyik bisa belajar otomotif juga," ujarnya.

Sementara itu, Wahyudi akrab disapa Anank mengatakan, lomba tamiya di Kandangan itu mengobati kerinduannya pada era 90 an. "Kangen masa itu. Kita asyik main, di lapangan, teriak-teriak. Kadang tawa, tak jarang juga nangis pulang ke rumah karena kalah," kekehnya.

Anank, berharap tamiya dan permainan tradisional tetap bisa dikenalkan pada remaja sekarang. "Kini anak-anak mainannya gadget. Fisik mereka tidak gerak, mereka juga jadi jarang sosialisasi secara nyata. Tik-tok, itu sangat berbahaya bagi anak-anak, menumbuhkan sikap egois," ujarnya.

Terpisah, Ketua Amandit Tamiya Community, M Fiqri Rizali berharap, event-event tamiya terus digeber. Baik itu sekala lokal atau nasional.

"Kami berharap pemerintah daerah mau nanti memfasilitasi kegiatan kami. Karena penggemar tamiya cukup banyak dan sekarang mendapat respons positif dari kaula muda," kata Fiqri. (JB)



Space Iklan

Tags :

bm
Jurnal Banua

Situs pemberitaan online Jurnal Banua telah memiliki badan hukum dan terdaftar di Kemenkumham RI. Semua produk pemberitaan diolah melalui proses jurnalistik yang profesional dan bertanggungjawab.

Posting Komentar