RedaksiJB: Perbedaan Lockdown Negara Muslim dan Komunis Cina

Foto ilustrasi: Jurnal Banua

Siapa yang menghadapi wabah lalu dia bersabar tinggal di dalam rumah. Sabar dan ikhlas. Sedangkan dia mengetahui tidak akan menimpanya kecuali apa yang telah ditetapkan Allah kepadanya, maka ia mendapat pahala syahid.



JURNALBANUA.COM, BANJARMASIN - Beberapa hari terakhir ini, Jurnal Banua melakukan riset dari berbagai sumber informasi. Ada perbedaan mendasar lockdown (isolasi) di Cina dan Arab Saudi.

Walau Cina baru-baru ini mengklaim mereka berhasil menangani virus di Wuhan, namun banyak pihak sangsi keakuratan informasinya. Utamanya mengenai angka yang dilaporkan Cina.

Bukan rahasia. Negara komunis ini menguasai semua jalur media massa. Bahkan twitter, facebook dan sejenisnya dilarang di sana.



Baru-baru tadi, media di Barat mengunggah banyak video terkait isolasi di Wuhan. Banyak warga stress. Juga ada video warga marah, mengatakan obat diberikan hanya untuk si kaya.

Video-video itu dikirim warga Cina. Setelah mereka berhasil mengutak-atik jaringan internet di sana.

Sudah ada beberapa vlogger Cina yang dilaporkan menghilang, sejak mengunggah video di Wuhan yang rupanya tidak disenangi pemerintah.



Tarik kata klaim Cina bahwa isolasi di Wuhan berhasil menekan virus. Pertanyannya, apakah semua mekanismenya merupakan penanganan terbaik? Tertutupnya Cina, membuat kita kesulitan mencari data faktualnya.

Pertengahan Maret tadi, Arab Saudi menerapkan lockdown. Beberapa hari kemudian menyusul kota-kota di sekitarnya.

Berbeda dengan Cina, kita mudah menemukan video suasana isolasi di negara muslim ini. Para vlogger leluasa berjalan merekam video sana-sini.



Toko-toko tutup semua. Restaurant dan hotel. Semua tempat umum tutup. Termasuk masjid. Yang buka hanya swalayan dan toko obat.

"Buka dari jam 7 pagi sampai jam 3 sore," kata Kacong Putra, warga Indonesia yang tinggal di Arab Saudi, kepada Jurnal Banua, Minggu (29/3) petang tadi.

Vlogger bermana Alman Mulyana yang tinggal di Jedah mengatakan dalam videonya, warga Arab Saudi sangat patuh dengan instruksi pemerintah. Jalanan sepi, seperti kota mati.



Kata Alman, walau masjid tidak lagi memperbolehkan salat berjamaah, tidak ada dia mendengar warga di sana nyinyir.

Di Yordania, pemerintah memberikan tiga kilogram roti kepada warganya yang terdampak lockdown. Tiap hari.

Mengapa kondisi isolasi di negara muslim terlihat berbeda dengan negara komunis?



Cina terkesan menerapkan semua kekuatan untuk mengunci Wuhan. Sementara Arab Saudi, terlihat kesadaran warganya lebih dominan.

Mungkin jawabannya adalah, muslim di Arab Saudi yakin, jika mereka sabar dalam masa lockdown maka ganjarannya adalah surga. Seperti hadis Nabi:

"Siapa yang menghadapi wabah lalu dia bersabar dengan tinggal di dalam rumahnya seraya bersabar dan ikhlas sedangkan dia mengetahui tidak akan menimpanya kecuali apa yang telah ditetapkan Allah kepadanya, maka ia mendapat pahala seperti pahala syahid."



Hadis itu diriwayatkan oleh Bukhari (3474), an-Nasa’i di dalam as-Sunan al-Kubra (7527) dan Ahmad (26139) lafadz hadis ini riwayat Ahmad.

Jika memang itu yang diyakini muslim, maka tentu isolasi atau lockdown mereka anggap sebagai kesempatan untuk meraih surga. Kondisi jiwa inilah yang sepertinya tidak dimiliki warga komunis yang tidak percaya Tuhan. Sama-sama lockdown, namun berbeda suasana psikologisnya. Wallahu a’lam bish-shawabi. (REDAKSIJURNALBANUA)



Space Iklan

Tags :

bm
Jurnal Banua

Situs pemberitaan online Jurnal Banua telah memiliki badan hukum dan terdaftar di Kemenkumham RI. Semua produk pemberitaan diolah melalui proses jurnalistik yang profesional dan bertanggungjawab.

Posting Komentar