Mangkrak, RS Kotabaru Jadi Ajang Berburu Hantu

RS Kotabaru tipe B di Stagen. Terlihat mencekam saat malam hari

Tiga anak muda berlarian. Memburu bayangan putih. Gagal. Yang mereka dengar hanya bunyi pintu ditutup, kaca diketuk. Padahal bangunan itu tanpa penghuni.

JURNALBANUA.COM, KOTABARU - Ya, itulah sepenggal tayangan link video youtube yang beredar baru-baru tadi. Tiga orang anak muda berburu hantu di bangunan besar tak berpenghuni: rumah sakit Kotabaru.

Video itu sebenarnya diunggah 10 bulan lalu. Oleh akun Fudin Melandau. Judulnya: Bakar Terasi di Rumah Sakit Angker Part 2.

Baru sekarang ramai di sosmed. Menyusul ramainya pembahasan warga, terkait aksi unjuk rasa Bang Tungku memprotes pembangunan rumah sakit yang mangkrak, Senin (13/1) tadi.

Kepada Radar Banjarmasin, Kamis (16/1/20), Rayfudin pemilik akun youtube Fudin Melandau membenarkan. Rumah sakit di Desa Stagen itu kondisinya mencekam saat malam hari.

Ketika merekam video, ia dan rekan-rekannya sempat melihat bayangan putih melintas. Mereka mengejarnya, namun kamera goyang, tidak sempat terekam.

Saat itu kata Fudin, ia ke sana di atas jam 12 malam. Membakar terasi dan menyetel lagu Lingsir Wengi. Hal mistis pun datang. Seperti bunyi pintu ditutup, dan bunyi jendela kaca diketuk.

Ada tiga bangunan rumah sakit terpisah. Uniknya, ketika mereka berada di bangunan yang satu, bunyi-bunyi itu terdengar dari bangunan yang lain. Mereka susul, bunyi-bunyi itu pindah ke bangunan mereka semula berada.

"Kita seperti dipermainkan," ujar Fudin di videonya.



Fudin mulai berburu konten horor sejak 2017 silam. "Paling seram itu di bangunan kosong. Kalau kuburan agak mendingan," akunya.

Pemuda yang bekerja sebagai perawat itu belum lama tadi memutuskan berhenti membuat konten horor. Pembuatan konten terakhir di bangunan kosong, ia merasa ada gangguan dari alam gaib. Ia jatuh sakit.

"Terus nasihat dari alim ulama juga, katanya jangan buat konten seperti itu," aku Fudin.

Kamis petang kemarin, Radar Banjarmasin menyempatkan diri mengambil foto rumah sakit. Berlatar senjakala, bangunan besar itu memang terasa mencekam.

Tidak ada satu pun cahaya dari dalam gedung. Kosong melompong. Posisinya agak terlindung dari jalan raya. Namun bagian atapnya masih bisa terlihat. Berjarak sekitar satu kilometer dari bandara.

Rumah sakit yang dibangun sejak zaman Bupati Irhami Ridjani itu, dimulai pada tahun 2015. Tiga tahun berturut-turut dikerjakan. Namun belum selesai. Perlu dana sekitar Rp300 M menyelesaikan semua lengkap dengan sarana. Anggaran yang sudah terserap baru puluhan M.

Tahun 2018 sampai saat ini tidak ada lanjutan pekerjaan. Dibiarkan kosong tak berlampu. Siang hari jadi tempat anak remaja labil bersembunyi mabuk-mabukan. Itu terlihat dari adanya bekas obat batuk dalam jumlah banyak.

Polisi sendiri sudah pernah mengamankan beberapa orang pria yang ketangkap tentara sedang maling kabel di sana.

Di sisi lain, rumah sakit lama yang berada di pusat kota dianggap warga sudah tidak representatif. Sempit dan layanannya tidak memuaskan. "Antre bisa panjang sekali," ujar Ketua LSM Anak Kaki Gunung Sebatung, Bang Tungu, yang demo awal pekan tadi, memprotes kebijakan anggaran pemerintah daerah.

Tungku mengatakan, mestinya rumah sakit dilanjutkan pekerjaannya. Karena kesehatan merupakan kebutuhan prioritas warga.



Pemerintah Mengaku Tidak Ada Pilihan


Di ruang kerjanya, Sekda Said Akhmad tertawa renyah diceritakan tayangan horor di rumah sakit. "Tidak apa-apa. Ambil positifnya. Pemuda kita kreatif. Apalagi kalau dikembangkan kontennya ke wisata," ujarnya.

Sekda bilang, apa yang dilakukan Fudin adalah bentuk kreativitas milenial. "Tak perlu malu. Memang begitu kondisinya (rumah sakit). Yang penting jangan sampai merusak fasilitas umum di sana, silakan berkreasi," imbaunya.

Apa yang terjadi dengan rumah sakit mangkrak itu? Sekda mengaku, pemerintah saat ini tidak punya pilihan.

Bupati sebutnya, masih fokus peningkatan infrastruktur jalan. Termasuk tahun ini. "Karena itu janji beliau saat kampanye dulu. Itu yang paling dibutuhkan warga. Tahu sendiri kan, jalan kita saat itu rusak dimana-mana. Sekarang sudah mending," bebernya.

Ia melanjutkan, rumah sakit perlu dana fantastis. Rp300 M. Sementara anggaran daerah amat terbatas. "Jadi kami ambil keputusan. Berat memang. Tapi harus dilakukan."

Lantas mengapa pembangunan wisata menelan anggaran cukup besar? Sekda bilang, itu juga salah satu visi misi Bupati. Meningkatkan agrobisnis dan wisata.

"Yang pasti amanat undang-undang terkait minimal anggaran untuk kesehatan sudah kami penuhi," bebernya.

Untuk tahun ini rumah sakit akan dilanjutkan pembangunan siringnya. Senilai Rp2 M.

Menurut Sekda, rumah sakit yang ada sekarang di pusat kota masih bisa bertahan.

Terpisah, Plt Ditut RSUD Jaya Sumitra Kotabaru, Cipta Waspada, mengklaim petugas pelayanan masih mampu menangani warga. "Memang kadang terlihat penuh antrean, karena ruangan kan sempit," ujarnya.

Cipta mengaku layanan tetap maksimal. Walau ia pun membenarkan, jika rumah sakit baru bisa selesai, kualitas pelayanan akan meningkat signifikan.

Benarkah layanan rumah sakit sekarang memuaskan? Mayoritas warga yang ditanya menjawab tidak. Rata-rata dari mereka membandingkan dengan layanan rumah sakit kabupaten tetangga, RSUD Tanah Bumbu.



"Jelek di Kotabaru, kurang ramah. Parkir sempit. Ruangan sempit. Kalah jauh sama di Tanah Bumbu," ujar Rapi warga yang bekerja sebagai sopir truk.

Warga pun berharap, pemerintah kembali menganggarkan pembangunan rumah sakit itu.

Ketua DPRD Kotabaru Syairi Mukhlis mengaku, saat rapat anggaran mereka menanyakan kepada pemerintah. Mengapa pengajuan anggaran rumah sakit hanya sekitar Rp2 M tahun. "Setahu kami itu perlu Rp300 M," ujarnya.

Saat itu kata Syairi, pemerintah beralasan, tahun ini masih fokus ke perbaikan jalan dan wisata. "Kami harap, rumah sakit itu di 2021 nanti dilanjutkan. Siapa pun bupatinya. Karena itu masuk dalam RPJMD kita," tuntasnya. (Sumber: Radar Banjarmasin)


Space Iklan

Tags :

bm
Jurnal Banua

Situs pemberitaan online Jurnal Banua telah memiliki badan hukum dan terdaftar di Kemenkumham RI. Semua produk pemberitaan diolah melalui proses jurnalistik yang profesional dan bertanggungjawab.

Posting Komentar