Merah Putih di Halaman Solehan si Tukang Bata Pulau Laut

Kibar merah putih di halaman pondok Solehan

Coretan Opini Intermezo

Yuri Muryanto Soedarno *)

Sore tadi. Tepat 17 Agustus 2019. Saya bertandang ke kediaman teman yang berprofesi sebagai pengusaha salah satu material konstruksi. Yang rumahnya sekitar 200 meter dari bangunan peninggalan Belanda, di Pulau Laut.

Jangan di bayangkan saya masuk di suatu rumah besar yang berpagar tinggi dengan beberapa mobil di halaman serta ada penjaga  keamanannya.

Jauh sekali bayangan itu.

Saya masuk ke jalan tanah yang ditumbuhi rumput liar. Kediamannya seluas sekitar 3 kali 4 meter. Berlantai dan berdinding papan bekas, dengan atap daun pohon nipah (Nypa Fruticans).

Disampingnya ada workshop produksi pengolahan bisnisnya yang masih serba manual.

Lantai kerjanya dari tanah, tiangnya dan rangka atapnya dari kayu dan bambu. Atapnya juga dari daun nipah dan beberapa seng bekas, yang dibeli dari pemulung.

Disebelahnya ada kamar mandi dengan bak mandi dari kulkas yang rusak total pemberian orang padanya.

Dia sebagai pemimpin bisnis, sekaligus tenaga kerja, yang dibantu oleh istri  dan anak-anaknya.

Tahapan bisnis dari hulu ke hilir dijalani dengan pola manajemen serabutan.

Produksi dan marketing dirangkapnya.

Ya, dia adalah pembuat sekaligus penjual  bata.

Lokasi rumahnya, dan bahan baku tanah liat untuk membuat bata bukan miliknya, tetapi milik orang lain. Yang harganya ditentukan dengan jumlah bata yang dibuatnya

Disuguhkan singkong rebus dan kopi, yang airnya diambil dari sumur tanah di rawa-rawa. Dimasak dengan kayu dari ranting pohon. Panci yang sedikit penyok.
Sangat sederhana.

Penulis (kiri) bersama Solehan


Kami ngobrol sambil bercanda.

Saya salut juga dengan prilakunya. Tidak mengeluh. Menerima hidup dengan kesederhanaannya. Penuh senyum dan lapang dada

"Semua orang punya garis tangan masing masing, buat apa iri hati dan dengki dengan orang lain. Apalagi terus jadi pencuri, itu sama saja mengkhianati diri sendiri " katanya.

Dia juga bercerita betapa bangganya, bisa ikut berpartisipasi pada pembangunan.

Karena ada puskesmas, perumahan, perkantoran, dan bangunan bangunan lainnya yang dibangun dengan memakai bata yang dia produksi.

Dengan bangga pula dia menunjukan kibaran bendera merah putih yang di pasangnya di  peringatan kemerdekaan ke 74.

Oh iya. Nama tukang bata itu Solehan.

SDM UNGGUL, INDONESIA MAJU
Kenangan sore, Pulau Laut Kalimantan Selatan 17 Agustus 2019


*) Yuri akrab dipanggil Ceppe atau Utuh Iyur,  Alumni Adm. Niaga FISIP ULM, salah satu pelopor Mapala Fisipioneer. Kadang menulis tentang Lingkungan,  Traveling,  Bisnis dan Puisi serta fenomena sekitar.


Space Iklan

Tags :

bm
Jurnal Banua

Situs pemberitaan online Jurnal Banua telah memiliki badan hukum dan terdaftar di Kemenkumham RI. Semua produk pemberitaan diolah melalui proses jurnalistik yang profesional dan bertanggungjawab.

Posting Komentar