Kapur Sirih Sugara sejak Zaman Kemerdekaan, Nyaris Kehilangan Penerus

Dua pengrajin sibuk mengaduk kapur sirih hingga halus sampai siap di edarkan ke berbagai daerah di Kalsel, Senin (14/11/2022) | Foto: Muhammad Ariyadi/Jurnal Banua
JURNALBANUA.COM, MARABAHAN - Berlokasi di tepian Sungai Alalak, di bawah teduh atap rumbia, tampak sejumlah pengrajin sibuk mengolah kapur sirih.

Meski dari tempat yang sederhana, namun, di Desa Pulau Sugara ini menjadi distribusi kapur sirih terbesar di daerah Barito Kuala, hingga Kalsel.

Produksi kapur sirih di Desa Pulau Sugara sudah berjalan sejak tahun 40-an. Produksi juga dilakukan terus menerus dari nenek moyang terdahulu.

"Produksi sudah turun-temurun. Mungkin hampir 50 tahunan, dari pedatuan dulu lah, mulai tahun 1945 sudah ada. Tahun kemerdekaan sudah ada kata orang tua juga," ujar pemilik usaha kapur sirih, Bulkini.

Pengrajin kapur sirih didominasi oleh kaum ibu-ibu. Mulai dari proses pembakaran hingga siap edar mereka kerjakan dengan penuh semangat.

Salah satunya Arniah, wanita berusia 67 tahun ini bekerja sebagai pengrajin kapur sirih sejak usia muda.

Dari perjuangan dan semangatnya itu, Arniah mengharapkan, pengrajin dalam produksi kapur sirih ini tetap berjalan dengan terus menerus.

Namun, menurutnya anak muda setempat kebanyakan tidak mau untuk bekerja sebagai pengrajin kapur barus, mereka lebih memilih bekerja di toko swalayan.

"Mudahan ada aja melanjutkan usaha, peninggalan orang bahari lah. Turun temurun akan kayaitu pang niat sorang, mudahan ada yang manarus akan kalo ai yang tuhanya habis umur," harap Arniah.

Kalimat itu dia ucapkan dalam bahasan Banjar. Artinya, dia berharap ada yang meneruskan usaha tersebut. Dari kalangan anak muda. (mar/shd/jb)


Space Iklan

Tags :

bm
Jurnal Banua

Situs pemberitaan online Jurnal Banua telah memiliki badan hukum dan terdaftar di Kemenkumham RI. Semua produk pemberitaan diolah melalui proses jurnalistik yang profesional dan bertanggungjawab.

Posting Komentar