Pemimpin: Siapkah menjalani jalan penderitaan?

Ilustrasi
(sketsa monolog kejiwaan)

Coretan Opini Intermeso

*). Yuri Muryanto Soedarno


Jika ada pertanyaan untuk saya ;
Sanggupkah jadi pemimpin ?

Bisa jadi jawabannya adalah :
Saya tidak sanggup memimpin ; 
atau :
Saya sanggup memimpin.

(Bila, saya memilih ; Tidak sanggup memimpin. Sepertinya, tulisan ini tidak usah di teruskan).

Tetapi, andai saya memilih ; 
untuk sanggup memimpin ;

Maka, pertanyaan  selanjutnya adalah :
Apakah enak bisa memimpin ?

Maka jawabannya adalah :
Ya, enak. bisa memimpin itu enak ; 
atau
Tidak, tidak enak. Bisa memimpin itu tidak enak.

Yuri Muryanto Soedarno
(Andai, saya memilih ; Ya, enak bisa  memimpin. Sepertinya, saya justru tidak usah ikut menapaki langkah untuk jadi pemimpin atau kontestasi apapun yang sejenisnya, karena hanya ingin enaknya saja dalam memimpin).

Bila saya memilih. Bahwa, bisa memimpin itu tidak enak.
Berarti saya sudah tahu, mengerti dan memahami. Bahwa bisa memimpin dan jadi pemimpin itu tidak enak.

Maka, pertanyaan selanjutnya  adalah ;
Masih maukah jadi  pemimpin, walau bisa  memimpin itu tidak enak, bahkan barangkali juga  menderita ?

Kemungkinan jawabannya adalah ;
Saya tidak mau jadi pemimpin ;
atau
Saya mau jadi pemimpin.

(Bila jawabannya adalah : Saya tidak mau jadi pemimpin. Ya berarti tidak usah dipaksakan untuk memimpin dan jadi pemimpin). 

Kalau jawabannya adalah, Mau jadi pemimpin.
Berarti, saya bisa memimpin dan mau jadi pemimpin.

Pertanyaan di lanjutkan ;
Merasa punya kapasitas kah untuk memimpin ?

Jawaban bisa jadi ;
Saya merasa tidak punya kapasitas  ;
atau
Saya merasa punya kapasitas.

(Bila jawaban saya ; Saya merasa tidak punya kapasitas.
Maka, tulisan ini berhenti sampai di sini.
Karena punya kemauan tanpa kapasitas, adalah memaksakan diri. 
Yang pada prosesnya, bisa jadi  mulai memunculkan embrio berat sebelah, karena tidak bisa membuat metabolisme keseimbangan kebijakan dan keputusan).

Bila jawabannya ; Punya kapasitas.
Berarti, saya merasa sudah punya kapasitas  memimpin dan siap jadi pemimpin.

Maka pertanyaannya dilanjutkan ;

Yakinkah, bisa memimpin ?!

Jawabannya bisa jadi ;
Saya tidak yakin bisa memimpin.
atau
Saya yakin bisa memimpin.

(Bila jawaban saya tidak yakin. Ya untuk apa memaksakan sesuatu yang setengah setengah dan tidak total dalam menerima tanggung jawab  memimpin dan menjadi pemimpin. Karena, bisa memimpin untuk jadi pemimpin yang baik itu adalah anugerah).

Bila jawabannya adalah, yakin bisa memimpin.
Nuansa yang hadir adalah, memimpin adalah memegang amanat penderitaan. Bukan melakukan rangkaian redaksional kalimat tipu daya yang di pura pura kan logis, yang intinya adalah pengingkaran terhadap amanat penderitaan. Karena bisa jadi, keyakinan. diperlukan dalam memimpin bagi pemimpin.

Sepertinya, pertanyaan akhiran adalah ;
Sadarkah bahwa dalam memimpin dan jadi pemimpin itu di awasi oleh Tuhan Yang Maha Kuasa dan harus amanah, serta dipertanggungjawabkan pada-NYA ?

Jawaban atas pertanyaan ini, bisa jadi ;
Saya tidak sadar,
atau ; 
Saya sadar

(Bila jawabannya tidak sadar, maka jangan memimpin untuk jadi pemimpin. 
Sebab, seakan sudah mulai  ada embrional ketidak seimbangan pada jasmani dan rohani. Karena hidup dan kehidupan memerlukan keseimbangan).

Bila jawabannya, sadar 
Berarti, saya sadar ! Untuk bisa memimpin dan jadi pemimpin.

Selanjutnya, karena sudah mengetahui, mengerti dan memahami serta menyadari untuk bertindak dan sanggup serta sanggup juga mampu memilih liku liku jalan, diantaranya barangkali ada juga liku jalan penderitaan.

Maka hadirlah Pemimpin untuk memimpin.

Dan biarlah semua berproses secara alami dan wajar serta alami tanpa rekayasa  dalam dinamika prosesnya.

Selanjutnya, pada gilirannya.
Adalah membuktikannya ...
Walaupun disadari bahwa sebagai manusia juga tentu tidak akan lepas dari salah khilaf.
Tetapi apabila berada dalam koridor manusia yang manusia.
Kecenderungannya adalah ...

Hasil tidak akan mengkhianati proses.

Sudah sewajarnya saya bersyukur. 
Karena mendapat anugerah memimpin dan jadi pemimpin.
Walaupun hanya berkapasitas pada level pemimpin rumah tangga. Yang dibantu dengan permaisuri dan pangeran, semua itu adalah suatu bagian dari banyaknya anugerah serta karunia Tuhan Yang Maha Kuasa.
Alhamdulillah.

"Memang baik jadi orang penting, tetapi 
adalah lebih penting menjadi orang baik".


*). Yuri akrab di sapa Cepe atau Utuh Iyur ; kadang menulis tentang lingkungan, traveling / adventure, bisnis, opini, puisi, cerpen / fiksi, serta menyikapi fenomena sekitar.
----------------------------------------


Space Iklan

Tags :

bm
Jurnal Banua

Situs pemberitaan online Jurnal Banua telah memiliki badan hukum dan terdaftar di Kemenkumham RI. Semua produk pemberitaan diolah melalui proses jurnalistik yang profesional dan bertanggungjawab.

Posting Komentar