![]() |
Kemenhut saat tiba di Tanah Bumbu |
JURNALBANUA.COM, BATULICIN - Kunjungan kerja Menteri Lingkungan Hidup RI, Dr. Hanif Faisol Nurofiq, ke Kabupaten Tanah Bumbu membangkitkan rasa kebersamaan di kalangan pemerintah setempat dan sejumlah kepala desa yang hadir.
Menteri yang tergabung dalam Kabinet Merah tersebut adalah putra asli daerah Tanah Bumbu, yang memulai kariernya puluhan tahun lalu di Bumi Bersujud. Kini ia menjabat sebagai pejabat negara sekaligus pembantu Presiden RI, Prabowo Subianto.
Hanif mengungkapkan bahwa ia tinggal di Batulicin hampir 30 tahun dan hingga kini masih memiliki KTP Kabupaten Tanah Bumbu.
Sambil berbicara dalam acara penyelesaian masalah sampah melalui penguatan aparatur pemerintah daerah yang digelar Jumat (17/01/2025) di halaman Arboretum At-Taif, Gunung Tinggi, Kelurahan Batulicin, Hanif mengatakan bahwa ia bangga menjadi bagian dari wilayah tersebut.
Ia menambahkan bahwa lebih dari separuh hidupnya dihabiskan di Batulicin, dan karena itulah ia ingin berbuat lebih banyak untuk daerahnya.
Dengan wewenang yang dimiliki, ia bertekad untuk berkontribusi nyata pada pembangunan Tanah Bumbu. Sebagai lulusan doktoral UNIBRAW Malang, Hanif bercita-cita menjadikan Tanah Bumbu sebagai contoh dalam pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia.
Ia juga menekankan pentingnya dukungan dari semua pihak, terutama para kepala desa, lurah, camat, dan pimpinan daerah Kabupaten Tanah Bumbu. Menurutnya, dalam lima tahun mendatang, Tanah Bumbu harus menjadi cerminan sekaligus tempat studi banding nasional terkait pengelolaan lingkungan hidup.
Hanif melihat potensi besar di Tanah Bumbu, terutama dalam aspek ekonomi. Ia menyebutkan bahwa sejauh ini baru satu perusahaan, yakni Borneo Indobara, yang memberikan dukungan signifikan. Potensi ini masih bisa ditingkatkan lebih jauh dengan melibatkan lebih banyak perusahaan. Ia juga menyoroti jumlah penduduk Tanah Bumbu yang relatif kecil, kurang dari 400 ribu jiwa, jika dibandingkan dengan Pulau Jawa.
Saat berbicara soal pengelolaan sampah di Tanah Bumbu, Hanif mengatakan bahwa meski pemerintah kabupaten terlihat serius menangani sampah, masih banyak hal mendasar yang perlu dilakukan.
Hanif mengapresiasi keberadaan tempat pemrosesan akhir sampah dengan 10 unit alat berat di Tanah Bumbu. Ia membandingkan dengan daerah lain yang bahkan menghadapi kesulitan hanya untuk memiliki lima alat berat saja. Meskipun demikian, ia mengingatkan bahwa diperlukan sistem pengelolaan sampah yang lebih serius di masa mendatang.
Berdasarkan kondisi demografis, Hanif menilai sampah yang dihasilkan oleh penduduk Tanah Bumbu tergolong tidak terlalu banyak secara nasional, yaitu sekitar 170 ton per hari. Ia optimistis bahwa setiap kecamatan mampu menyelesaikan masalah ini melalui inisiatif pilah dan pilih sampah di tingkat warga masing-masing. Sistem pengelolaan sampah yang berbeda-beda berdasarkan kebutuhan tiap wilayah juga dianggapnya penting untuk diterapkan. (zal/jb)
Posting Komentar