Wahai Jiwa, Engkau Akan Merindukan Jatuh Cinta di Zaman Silam

Penggalan surat Zainuddin pada Hayati dalam novel Tenggelamnya Kapal van Der Wijck

JURNALBANUA.COM, BANJARMASIN - Sebelum bertemu, banyak yang teringat, setelah bertemu semuanya hilang, karena kegembiraan pertemuan itu telah menutupi akan segala ingatan.

Paragraf di atas adalah penggalan surat Zainuddin kepada Hayati dalam Tenggelamnya Kapal van Der Wijck.

Begitu indahnya, Hamka menggambarkan suasana hati muda-mudi yang sedang jatuh cinta. Bertemu kekasih, lidah jadi kelu, pipi memerah, dada berdegup kencang.

Ketika jatuh cinta, semesta seperti lebih berwarna. Dedaunan dan bunga-bunga seolah lebih harum dari hari biasa.

Ketika jatuh cinta, goresan padang ilalang pada lengan pemuda desa yang mengejar kekasihnya, umpama belaian harapan. Sakit, tapi terasa manis. Luka goresan itu akan diusap berulang-ulang di rumah.


Begitulah perasaan jatuh cinta para pemuda di zaman belum ada sosial media. Mereka merasakan rindu yang menyembilu. Menitipkan puisi pada cahaya rembulan.

Mereka yang jatuh cinta di zaman belum ada sosmed, berteman dengan seluruh semesta. Burung dan angin jadi penyambung isi hati mereka.

"Jika kau terbang di atas rumahnya. Sampaikan, aku rindu," begitu ucap pemuda pada punai yang terbang di atas kepalanya.

Dan coba tengok sekarang. Jatuh cinta terkadang begitu kasar. Remaja belasan tahun video call, berdesah-sendah.

Malam Minggu di hotel-hotel Banjarmasin, usia pelajar berpasangan menginap. Bermain tik-tok. Dialog mereka kering.

Sang guru, pun asyik bermain tik-tok. Begitulah zaman. Mengubah banyak hal dalam kehidupan kita. (JB)



Space Iklan

Tags :

bm
Jurnal Banua

Situs pemberitaan online Jurnal Banua telah memiliki badan hukum dan terdaftar di Kemenkumham RI. Semua produk pemberitaan diolah melalui proses jurnalistik yang profesional dan bertanggungjawab.

Posting Komentar