Power Leader versus Power Vampir


Coretan Opini Intermezo

Yuri Muryanto Soedarno *)

Power (kekuasaan) bagaikan kesaktian yang mengisi ruang, gerak dan waktu yang dilakukan manusia, yang mana bisa jadi dalam meraih kekuasaan tersebut di dapatkan dengan berbagai jurus. Sebutlah dengan istilah warna: bisa jurus putih atau jurus abu abu, bahkan jurus hitam.

Penggunaan kekuasaan bisa bermacam-macam bentuknya. Ada kekuasaan yang semisal digunakan di jalur sewajarnya untuk kepentingan banyak orang.

Tetapi barangkali ada kekuasaan yang berdalih mendidik dan mengajar tapi dibaliknya hanya untuk pengejaran  kepentingan lumbung material berkedok kemaslahatan publik.

Serta ada pula kekuasaan yang pola bermainnya di jalur seputar nafsu nafsu keserakahan hidup.

Kalau sudah demikian jangan salahkan Tuhan Yang Maha Kuasa bila diberikan  penyakit untuk keseimbangan. Semisal sakit pencernaan, sakit otak, sakit sahwat, sakit hati serta sakit panca indera, juga sakit  lainnya karena tidak seimbang fisik dan atau mentalnya.

Kekuasaan yang salah kaprah bisa saja dilakonkan dengan memainkan kebijakan untuk keuntungan segolongan tertentu, tetapi tentunya itu bukan harapan kekuasaan yang ideal.

Kekuasaan ideal barangkali harus mengarah pada kebijakan untuk keuntungan berbagai pihak yang sangat beragam.

Sekalipun itu sulit, kalaupun pemegang kekuasaan tak mampu juga membuat kebijakan tersebut, maka kekuasaannya diharapkan menuju pada suatu kebijakan yang paling banyak keuntungannya dan paling sedikit kerugiannya.

Prilaku pemegang kekuasaan dalam arti luas, sebutlah yang sudah mendapatkan keilmuwan dengan adanya ijazah atau sertifikat lisensi yang diraih, tentunya sangat tidak diharapkan untuk sekedar melengkapi persyaratan keadministrasian saja, seakan pameran kepintaran dengan pengakuan kertas belaka.

Lebih parah lagi bila pada ujungnya hanya dijadikan pengejaran kekayaan dunia semata.

... kebohongan dapat berputar mengelilingi bumi dan
kembali lagi saat kebenaran kurang waspada’ ... (Kaifa).

Suatu dongeng. Bila power vampir (kekuasaan drakula) digunakan untuk menghisap darah, karena dengan darah, si drakula menjadi segar bugar dan punya kekuatan serta berstamina.

Maka power leader (kekuasaan pemimpin) yang salah daya guna, memang tidak menghisap darah secara kasat mata, tetapi menghisap dalam bentuk lain. Misalnya: me-mark up dan mengkaburkan anggaran, memberi legitimasi sumber-sumber ekstraktif dengan dalih  kemaslahatan publik tetapi digunakan untuk kepentingan golongan atau pribadi.

Dan apabila sudah merasa kaya, maka hidupnya seakan sudah sukses dengan ukuran harta, sementara prilaku dan nuraninya lapuk.

Apa ini yang dinamakan power manusia sudah mengadopsi pola-pola power drakula ?

Apakah itu yang disebut vampir millinium ya?

Apa tidak memalukan?

Manusia kok mau jadi setan?

…. ’ boleh saja terobsesi menjadi orang sukses, meski sebenarnya jauh lebih
baik berarti ketika kesuksesan itu membawa manfaat buat orang lain’ ... (Albert Einstein ;1879-1955).

Kekuasaan  dapat dijadikan posisi tawar untuk menapaki jalan kemaslahatan.

Bukan justru dijadikan posisi tawar untuk menumpuk harta dan pemuas kebutuhan lahir bathin yang lupa diri dan kemaruk saja.

Berarti kekuasaan haruslah menjadi jurus ampuh yang dimainkan pawang hebat  untuk menjadi  sangat bijaksana.

Karena bisa jadi, kalau hanya menjadi  pawang-pawangan hasilnya  bisa jadi, cuma bijak-bijakan.

Semua orang punya kekuasaan (power) minimal terhadap diri sendiri, dengan mengingat dan menyadari bahwa: di bawah tanah ada tanah, dan di atas langit ada langit. Harus mempertanggungjawabkan pinjaman atribut duniawi yang harus dikembalikan dengan konsekwen pada pemilik-Nya.

Yuri Muryanto Soedarno berpose dengan latar Pulau Laut

Untuk tutupan saya kutipkan puisi dari ; (Douglas Malloch, ‘Be the Best of Whatever You Are’. How To Make A Habit of Succeeding – 2002)

... kalau tak dapat menjadi cemara di puncak bukit
jadilah perdu dilembah ; tetapi jadilah perdu kecil yang terbaik di samping bukit
jadilah semak kalau engkau tak mampu menjadi pohon
kalau engkau tak dapat menjadi semak, jadilah segerombol rumput
dan jadikan jalan raya lebih meriah ;

kalau tidak mampu menjadi ikan besar, jadilah ikan kecil
tetapi ikan kecil yang paling bergairah di danau

tidak mungkin semua menjadi kapten, kita harus menjadi awak kapal
ada sesuatu bagi kita semua
ada pekerjaan besar ada pula pekerjaan yang kecil
dan tugas pertama yang harus kita kerjakan adalah yang terdekat

kalau tidak mungkin menjadi jalan raya, maka jadilah jalan setapak
kalau tidak mungkin menjadi matahari, jadilah sebuah bintang
bukan ukuran yang menentukan anda menang atau kalah
tetapi jadilah yang terbaik apapun peran anda

*) Yuri akrab disapa Ceppe atau Utuh Iyur. Alumni Adm. Niaga FISIP ULM. Salah satu pelopor Mapala Fisipioneer. Kadang menulis tentang lingkungan, traveling, bisnis dan menyikapi fenomena sekitar.


Space Iklan

Tags :

bm
Jurnal Banua

Situs pemberitaan online Jurnal Banua telah memiliki badan hukum dan terdaftar di Kemenkumham RI. Semua produk pemberitaan diolah melalui proses jurnalistik yang profesional dan bertanggungjawab.

Posting Komentar