Proyek Jalan Belasan Miliar: Aspal Baru Sudah Rusak

KUALITAS RENDAH: Jalan di Sungai Durian yang baru diaspal sudah rusak | Foto: Radar Banjarmasin grup Jawa Pos

Hampir dua puluh miliar dikucurkan mengaspal jalur neraka di Sungai Durian. Jaksa pun digandeng, mencegah ada kerugian negara. Namun ada-ada saja masalahnya.

JURNALBANUA, KOTABARU - Pemerintah, sepertinya harus memaksimalkan lagi pengawasan kualitas pekerjaan. Utamanya proyek yang berada di pelosok.

Faktanya begini. Warga Sungai Durian menyayangkan. Beberapa ruas aspal sudah rusak. Padahal baru saja diperbaiki.

Dari spanduk proyek, warga tahu itu anggarannya besar. Totalnya Rp19,6 miliar. Dari Dana Alokasi Khusus (DAK). Untuk mengaspal kualitas laston jalan di sana sepanjang 7,5 kilometer.

Senin (3/12) tadi, Bupati Sayed Jafar berkunjung ke Sungai Durian, menghadiri acara maulid. Ikut juga Kepala Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga Johan Arifin bersama Kabid Jalan Jumadikari.

Saat kunjungan itu, ruas jalan yang sudah diaspal sekitar 2,5 kilometer. Deadline proyek ini tanggal 28 Desember. Jumadikari juga melihat sendiri aspal-aspal yang rusak. Dia mengatakan, kontraktor akan diminta memperbaikinya.

"Pokoknya kalau yang rusak tidak akan kami hargai," kata Kasi Jalan Wilayah III Pancawati. Mantan Camat Sungai Durian itu jadi pejabat PPTK proyek tersebut.

Dari pantauan wartawan: benar banyak yang rusak. Bahkan ketika wartawan berdiri di pinggir salah satu ruas jalan, aspalnya pecah. Ada juga bagian yang rusak ketika disepak dengan sepatu hancur terberai. Terkesan rapuh.

Proyek jalan tersebut dikerjakan oleh PT Liman Jaya. Deadline proyeknya sampai tanggal 28 Desember. Sekitar 50 kilometer dari sana, tepatnya di Desa Magalau juga ada pengaspalan jalan oleh Liman, dengan nilai kontrak Rp9,8 miliar dari APBD.

Usai maulid di Sungai Durian, Johan Ariffin bersama Jumadikari meninjau ke Magalau. Proyek yang deadline tanggal 1 November tadi dinyatakan selesai hari itu. Artinya, sebulan lebih Liman diberi perpanjangan waktu: dengan denda.

Di sini menjadi menarik. Karena kualitas aspal di Magalau terlihat lebih baik dari pada Sungai Durian. Walau Magalau sendiri, baru selesai dikerjakan sehari sebelumnya.

Pun begitu, tidak ada terdengar pujian dari Johan dan Jumadikari di Magalau. Pengerasan jalannya terlihat tipis. Banyak bebatuan yang sudah berlubang sehingga menimbulkan genangan air. Memastikan kualitas sesuai spek, Johan menunggu hasil laboratorium nanti.

Jadi mengapa aspal di Magalau terlihat lebih baik dari pada Sungai Durian? Padahal perusahaan yang mengerjakan sama. Alatnya pun sama. Waktu itu, Johan juga sudah meminta semua alat di Magalau segera dibawa kontraktor ke Sungai Durian.

Dugaan awal, suhu aspal yang dikirim ke Sungai Durian rendah. Jika suhu aspal tidak cukup panas, maka daya rekatnya akan kurang ketika dihampar.

Jumadikari mengangguk mendengar itu. Indikasinya terlihat masuk akal. Posisi alat AMP (asphalt mixing plant) kata Jumadikari berada persis di Magalau. Jauh dari Sungai Durian, sekitar 50 kilometer. Truk pengangkut aspal mudah masuk ke Magalau ketimbang Sungai Durian.

Untuk memastikan apa yang terjadi, wartawan pun esoknya menuju ke AMP.

Sekitar dua kilometer dari Magalau Hilir, sebuah AMP berdiri di pinggir jalan. Peralatan besar itu sebagian sudah tua, cat birunya terkupas. Berkarat di sana-sini.

Terlihat beberapa pekerja mengatur tumpukan batubara. Dari beberapa literature disebutkan. AMP dengan batubara lebih sulit dan cerewet detail pengoperasiannya. Ketimbang AMP berbahan pemanas BBM.

Batubara harus kalori tinggi. Jika rendah akan mempengaruhi kualitas aspal. Keuntungannya, biaya operasional murah. Kalsel banyak batubara.

Seorang sopir truk yang bertugas mengangkut aspal dari AMP ke Sungai Durian membenarkan, ada kemungkinan aspal tidak cukup panas ketika sampai di Sungai Durian.

Alasannya, lama perjalanan sekitar empat jam dari AMP ke proyek. Jauh lebih lama dari pada ke proyek Magalau, sekitar setengah jam saja.

Mengapa lama ke Sungai Durian? Sopir mengaku, mereka diminta bawa aspal lewat jalur sawit. Ini katanya menjadi persoalan. Walau jarak itu singkat sekitar 30 kilometer, tapi aksesnya berat.

Sopir lebih memilih melalui jalan provinsi dan kabupaten tembus Simpang Banian, baru masuk ke Sungai Durian. Meski jauh sekitar 50 kilometer lebih, tapi lama perjalanan diperkirakan sekitar 3 jam saja.

Menyiasati suhu aspal itu, para sopir sebenarnya sudah menutupinya dengan terpal. Kendala waktu dan medan berat itu juga menjadi penyebab para sopir tidak maksimal.

Dalam sehari hanya bisa satu kali saja angkut aspal ke lokasi kerja. Jarang bisa angkut aspal dua kali. Sopir-sopir itu warga lokal. Mereka punya truk, diupah angkut aspal per tonase.

Operator AMP Ari mengatakan, jika suhu yang sampai ke Sungai Durian tidak cukup panas, mereka akan memperbaikinya. Sejauh ini, untuk pengoperasian memasok batubara sebanyak 410 ton. Batubara dibeli dari pertambangan di Sungai Durian.

Ari yakin pekerjaan selesai tepat waktu dengan kualitas baik. Aspal yang rusak akan diperbaiki. Bahan baku aspal kata dia mutunya terjamin. Berasal dari Banjarmasin.

Hari itu terlihat dua truk tangki aspal datang. Di depan truk ada tulisan Kalla Aspal. Terdengar familiar? Benar, seperti namanya. Aspal itu dari perusahaan Kalla Group, milik keluarga besar Wapres Jusuf Kalla.

Sementara itu. Kontraktor berpengalaman di pengaspalan, asal Kotabaru tapi bekerja di Kaltim, Yus Iskandar mengatakan. Banyak faktor yang membuat kualitas aspal rendah. Bisa karena suhu, bisa juga karena kandungan aspal yang kurang baik.

"Tapi ini bisa juga karena jumlah agregat halus terlalu besar. Atau proses pemadatan yang kurang baik," ujar Yus yang sedang menyelesaikan S2 Manajemen Konstruksi ini saat diperlihatkan foto aspal Sungai Durian.

Kata Yus, jika suhu aspal saat ke luar dari AMP 155 derajat. Maka lama perjalanan empat jam akan membuat suhu berkurang jadi 135 derajat. Per jam suhu jika ditutup rapat akan berkurang 5 derajat. "Kalau 135 derajat masih baik," ujarnya.

Pernah Disoal Sertifikatnya

AMP itu sendiri baru mulai dibangun sekitar Agustus tadi. Operator AMP Ari mengatakan, mereka beli dari Gunung Tinggi Batulicin. Dari pengusaha lokal bernama Haji Tare.

AMP ini baru dipindahkan dari Gunung Tinggi Batulicin

WAajah cat dan bodi AMP yang tua itu pun terjawab. AMP yang dulu berada di Gunung Tinggi dekat kantor Kejaksaan Negeri Tanah Bumbu itu diketahui terakhir beroperasi akhir 2009. Posisinya yang berada dekat perumahan, menjadi salah satu kendala untuk terus aktif.

Harga AMP bekas itu Rp1,5 miliar. Menariknya AMP tersebut punya cerita sendiri. Bulan Juli tadi, ribut protes lelang proyek perbaikan jalan Plajau Baru Pantai Kotabaru yang dianggarkan Rp12,7 miliar.

Pemenang lelang proyek Plajau Baru disoal. Karena memakai AMP itu. Alat itu diragukan bisa beroperasi dengan baik. Juga disebut tidak memiliki sertifikat laik operasi dari Balai Besar Pelaksana Jalan Nasional (BBPJN) XI Banjarmasin.

Proses tender tersebut diawasi Kejaksaan Negeri Kotabaru. Sebagai Tim Pengawal, Pengaman Pemerintahan dan Pembangunan Daerah (TP4D).

Jalan Magalau dan Sungai Durian juga termasuk proyek yang dikawal. TP4D bertugas memastikan semuanya on the track, agar tidak ada kerugian negara.

Akhir Juli, mendengar protes tersebut, Kasi Intel Kejaksaan Negeri Kotabaru, Agung Nugroho segera ke lapangan. Memeriksa alat bersama panitia lelang. Hasilnya, Agung memperlihatkan video kepada wartawan. Di video terlihat mesin-mesin AMP bisa menyala dan berputar.

Untuk sertifikat laik alat, Agung memperlihatkan kertas fotokopi. Tertulis di lembar fotokopi: Sertifikat Kelaikan Operasi Peralatan untuk PT Liman Jaya dikeluarkan Balai Besar Pelaksana Jalan Nasional (BBPJN) XI Banjarmasin. Ditandatangani Kepala Balai Sugiyartanto MT pada tanggal 3 Oktober 2017.

Tapi kemudian. Sugiyartanto kepada Radar Banjarmasin melalui pesan singkat mengatakan, dia sudah pindah tugas sejak 2017.

Dia pun menyebut sertifikat itu tidak beres, tapi tidak merinci apanya yang tidak beres. Agung sendiri kemudian mengaku hanya diberikan fotokopi sertifikat oleh panitia lelang, seraya berjanji akan menindaklanjuti pernyataan Sugiyartanto.

AMP saat masih di Gunung Tinggi Batulicin Tanah Bumbu

Tapi proyek ini batal dikerjakan. Karena Pemkab Kotabaru mengalami defisit anggaran. Dan sampai saat ini tidak ada kejelasan terkait pernyataan Sugiyartanto.

Masalah itu sudah pernah ditayangkan Radar Banjarmasin di edisi Agustus. Belum ada tanggapan resmi yang terpublikasi dari BBPJN XI Banjarmasin.

Kembali ke proyek perbaikan jalan Sungai Durian. Warga di Gunung Tinggi yang rumahnya dekat dengan lokasi AMP, Selasa (4/12) tadi membenarkan.

Awal Agustus banyak orang bekerja melepas alat. Selama tiga hari AMP itu dipreteli kemudian diangkut pakai truk. Warga sendiri tidak tahu diangkut ke mana.

Anak Haji Tare sekaligus anggota DPRD Kotabaru, Norhaida, Rabu (5/12) mengatakan, alat itu sudah lama dijual. Dan keluarga mereka tidak tahu lagi bagaimana perkembangannya setelah alat berpindah tangan.

Ditanya apakah sudah ada sertifikat laik operasi AMP di Magalau, Jaksa Agung Nugroho meminta wartawan menanyakan kepada yang bersangkutan.

Warga pun berharap kualitas dan kuantitas jalan sesuai dengan kontrak proyeknya. Terlebih untuk Sungai Durian yang berasal dari DAK.

Untuk pekerjaan jalan di Kotabaru, Sungai Durian memang paling besar anggarannya tahun ini. Sungai Durian berada di daratan Pulau Kalimantan, di kaki pegunungan Meratus.

Akhir tahun lalu, Radar Banjarmasin juga meninjau kondisi di sana. Parah. Lumpur di mana-mana. Roda empat hampir tiap saat terjebak macet. Roda dua pun ekstra hati-hati melaluinya.

Sayed Jafar sendiri berharap semua selesai sesuai dengan spek. Khusus untuk Sungai Durian katanya, tahun depan kembali akan dilanjutkan.

Informasinya dana yang direncanakan sebesar Rp40 miliar. Di hadapan warga Sungai Durian, Sayed Jafar mengaku saat Pilkada lalu, perolehan suaranya maksimal di sana.

Untuk tahun 2019 kata Bupati, semua proyek infrastruktur cepat dilelang. Sehingga pekerjaan cepat dilakukan di lapangan.

Akses jalan ke Sungai Durian sudah tidak separah tahun lalu. Jalur neraka sudah berlalu. Sayangnya, masih jauh dari surga. (Sumber: Radar Banjarmasin 7 Desember 2018)


Space Iklan

Tags :

bm
Jurnal Banua

Situs pemberitaan online Jurnal Banua telah memiliki badan hukum dan terdaftar di Kemenkumham RI. Semua produk pemberitaan diolah melalui proses jurnalistik yang profesional dan bertanggungjawab.

Posting Komentar