Lagu Lama: Kotabaru Ngebut Puluhan Miliar Akhir Tahun


Kontraktor Minta Pemerintah Adil


JURNALBANUA, KOTABARU - Lagu lama akhirnya terulang lagi. Pemandangan akhir tahun selalu sama: kontraktor sibuk kebut target selesaikan proyek puluhan miliar. Kepala Dinas turun ke lapangan. Pekerja pontang-panting selamatkan cor semen dari hujan.

Radar Banjarmasin merangkum beberapa proyek infrastruktur besar Kotabaru tahun ini.

Ada proyek jalan dan pengembangan infrastruktur wisata. Total semua nilai kontrak proyek Rp88,6 miliar. Namun jelang Desember ini baru ada 4 proyek yang selesai, dengan total kontrak Rp12,2 miliar.

Sisanya masih dalam proses pengerjaan di lapangan. Salah satu proyek yang belum selesai adalah pekerjaan aspal jalan dari Banian ke Sungai Durian sepanjang 7,5 kilometer.

Untuk proyek perbaikan jalan, ini yang kontraknya paling besar Rp19,6 miliar. Berasal dari Dana Alokasi Khusus (DAK).

Kondisi ini mengingatkan tahun 2017 lalu. Banyak proyek besar di Kotabaru yang tidak selesai jelang akhir tahun, dan akhirnya gagal. Entah mengapa, daerah di ujung tenggara Banua ini terkesan suka ngebut bekerja jelang pertengahan dan akhir tahun.

Tahun ini, beberapa proyek gemuk diawasi oleh TP4D (Tim Pengawal, Pengaman Pemerintahan dan Pembangunan Daerah) Kejaksaan Negeri Kotabaru. Baru-baru tadi, Kasi Intel Kejaksaan Negeri Agung Nugroho mengatakan, pekerjaan yang baru selesai untuk infrastruktur jalan adalah perbaikan di poros Tarjun Serongga, nilai kontrak Rp4,9 miliar.

Itu pun kata Agung, kontraktornya kena denda selama tiga belas hari. Artinya kontraktor minta tambah waktu selama 13 hari setelah masa kontrak habis.

Untuk proyek jalan terbagi dalam tiga wilayah geografis. Di Pulau Kalimantan, Pulau Laut, dan Pulau Sebuku. Ruas jalan Tarjun tadi berada di Pulau Kalimantan, begitu juga Sungai Durian.

Di antara tiga wilayah, Pulau Kalimantan yang paling banyak proyek jalannya. Banyak yang belum selesai, kata Agung salah satu kendalanya adalah akses jalan untuk memasok material sulit. Seperti Sungai Durian, harus lewat jalan perusahaan sawit. Jalan kabupaten masuk rusak parah.

Material batu untuk proyek-proyek di Pulau Kalimantan, rata-rata berasal dari Palu Sulawesi Tengah. Kata Agung yang mengaku pernah tugas di Palu, kualitas batu di Sulawesi bagus. Kontraktor mengangkut dengan menggunakan kapal tongkang.

Saat itu, ungkap Agung, dia sempat menyarankan kontraktor bawa material semaksimal mungkin. Sehingga stok cukup tersedia. Pun begitu, kendala tetap ada, seperti kejadian tongkang terbalik, dan kontraktor katanya mengaku rugi Rp500 juta.

Walau berat medannya, Agung mengaku tetap meminta kontraktor bekerja maksimal. Begitu juga dengan yang di Pulau Laut. Agung meminta semua bekerja sesuai metode kerja sehingga bisa selesai tepat waktu.

Namun dalam perjalanannya, Agung kemudian merasa perlu memberikan teguran. Semua proyek yang mereka awasi sebutnya sudah dikasih Surat Peringatan (SP) II. Apalagi jelang Desember ini, rata-rata proyek sudah akan habis masa kontraknya.

Apakah proyek yang belum selesai nanti akan diperpanjang? Kata Agung, walau kontraktor punya hak tambahan waktu dengan sanksi denda, namun kejaksaan tidak menyarankan itu. Ada beberapa alasan ujarnya. Pertama, untuk menekan pekerja supaya bekerja maksimal. Ke dua, menghindari anggapan negatif publik, seperti pertanyaan kenapa masih kerja padahal kontrak sudah habis.

Pun begitu, tambah Agung, leading sector tetap ada di dinas pemerintah. Pertimbangan analisis menambah waktu atau tidak ada pada pemerintah.

Selain jalan, kejaksaan juga mengawal proyek wisata. Ada tiga proyek gemuk. Persis di depan kantor bupati, tepatnya di Siring Laut. Tiga proyek itu juga belum selesai. Tapi Agung mengaku optimis, melihat kemajuan di lapangan. Untuk tiga proyek ini, Agung juga menyarankan untuk tidak ada perpanjangan waktu.

Dari pantauan wartawan di lapangan, Rabu (21/11) sore kemarin, sedang asyik-asyik bekerja, tiba-tiba hujan lebat dan angin kencang di Siring Laut. Para pekerja berlarian, menutup cor semen dengan terpal. Sudah beberapa hari ini, hujan memang sering turun di pusat kota.

Di sana, ada proyek pelebaran lantai Siring kontraknya Rp13,6 miliar, habis masa kontrak 23 November ini. Kemudian tugu ikan Siring Laut Rp4,7, dan dermaga Siring Laut Rp2,7 miliar. Dua proyek itu habis kontrak awal Desember.

Untuk pelebaran lantai Siring Laut, pekerja di lapangan mengaku tetap berusaha maksimal selesai sebelum 23 November. Cuaca memang jadi kendala.


Saat itu terlihat Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Khairian Ansyari di tengah proyek. Wartawan meminta izin masuk ke lokasi untuk dapat mewawancarai Khairian, pekerja tidak mengizinkan. Ditunggu turun dari lokasi, Khairian kemudian tidak terlihat, entah di mana. Coba ditemui di kantornya juga tidak ada.

Sementara itu, di kantornya kemarin, Kepala Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air, Johan Ariffin membenarkan. Mayoritas proyek jalan belum selesai. Tapi yang selesai bukan satu, seperti yang dikatakan Agung, melainkan sudah ada empat proyek jalan selesai.

Selain Tarjun, yang sudah selesai ada jalan di Pulau Sebuku nilai kontrak Rp1,3 miliar. Jalan Hampang nilai kontrak Rp3,5 miliar. Dan jalan Sahapi Rp2,5 miliar. Sisanya, ada delapan proyek besar yang belum, Johan optimis bisa selesai di akhir tahun.

Terkait permintaan jaksa tidak ada perpanjangan, Johan terlihat tidak setuju. Menurutnya, berdasarkan data di lapangan, semua diperkirakan bisa selesai di pertengahan Desember. Untuk Pulau Kalimantan tinggal pengaspalan, kecuali proyek jalan Bakau Sengayam yang hanya pengerasan.

Sedangkan Pulau Laut, katanya sebagian mulai pengaspalan, dan ada yang masih proses pengerasan.

Untuk Pulau Laut, aku Johan agak terlambat, karena kontraktor fokus ke proyek APBN melalui Pemprov di ruas jalan Pulau Laut Tengah. Melihat track record pekerja, dia mengaku optimis pekerjaan berpotensi selesai di akhir tahun.

Pun begitu, untuk semua proyek yang belum selesai, Johan mengatakan, perpanjangan tidak bisa sampai 2019. Akhir tahun apapun terjadi, semuanya stop. Berapa progres kontraktor di lapangan, itulah yang akan dibayar.

Disinggung pernyataan jaksa bahwa material proyek jalan di Pulau Kalimantan berasal dari Palu. Dia membenarkan, material diangkut pakai kapal. Kata Johan untuk proyek daerah Tarjun, kapal pengangkut material sandar di pelabuhan dekat sana, diperkirakan di Mandala. Sementara proyek yang di Pamukan sekitarnya kapal sandar di Pulau Sahang, dan kadang di pelabuhan milik perusahaan kelapa sawit.

Terkait masalah tahunan, proyek ngebut yang terus berulang, Johan mengaku mereka baru saja rapat. Untuk 2019 pekerjaan diusahakan awal tahun. Sedangkan lelang proyek bisa dimulai Desember 2018 nanti setelah pengesahan APBD 2019.

Johan juga mengatakan, kejadian lelang ulang seperti tahun ini diharapkan tidak lagi terjadi. Sehingga, tidak ada lagi waktu terbuang di tahun 2019 nanti. (Radar Banjarmasin edisi 22 November 2018)

Pemerintah Harus Hadil


Sementara itu, Adi salah satu kontraktor lokal mengatakan, jika ngebut akhir tahun selalu terjadi, maka pemerintah mesti berbenah. "Masa' salah kontraktor terus kalau tiap tahun berulang-ulang," ujarnya.

Dia pun menyarankan, untuk kondisi sekarang pemerintah harus adil, jika satu tidak diperpanjang maka yang lain juga dihentikan ketika masa pekerjaan habis. "Harus adil," imbuhnya.

Sekadar mengingatkan, tahun ini pemerintah daerah fokus memperbaiki jalan dan wisata. Anggaran banyak dialokasikan ke jalan. Namun belum lama tadi daerah mengalami defisit anggaran. Ada puluhan miliar proyek yang tidak jadi dikerjakan, karena uangnya yang tidak ada. Walau pemenang lelangnya sudah ada. (Radar Banjarmasin)


Space Iklan

Tags :

bm
Jurnal Banua

Situs pemberitaan online Jurnal Banua telah memiliki badan hukum dan terdaftar di Kemenkumham RI. Semua produk pemberitaan diolah melalui proses jurnalistik yang profesional dan bertanggungjawab.

Posting Komentar