Daeng Udin, Operator Speeboat Paling Dicari Ketika Laut Bergelora

Daeng Udin berbincang dengan Wa Pendi di pelabuhan speed Batulicin
Sudah lebih 30 tahun. Daeng Udin masih setia mencengkeram kemudi. Pernah merasakan era keemasan riuhnya penumpang speedboat. Hingga kini, hanya bertahan buat makan.

JURNALBANUA.COM, BATULICIN - Akhir pekan tadi, pria paruh baya berkacamata itu mengantar penumpang dari Kotabaru ke Batulicin. Hanya dua orang. Disewa Rp300 ribu.

"Itu baru ongkos BBM. Kalau saya mau dapat untung harus pulang dengan penumpang," katanya saat berkisah di warung kopi di pelabuhan speed Batulicin.

Dulu cerita Udin, operator speedboat banyak. Pelabuhan sibuk. Penumpang hampir tidak berenti. Raung mesin kapal cepat itu ramai memekak di Selat Pulau Laut.

Paling asyik ketika bos-bos tambang mendadak ingin ke Batulicin dari Kotabaru. "Mereka gak pakai nawar. Carter, bayarnya lebihan," kenang Udin.

Zaman sekitar 20 tahun lalu itu, mayoritas orang masih pakai speeboat. Jarang menggunakan kapal fery di Tanjung Serdang - Batulicin.

Macam-macam pengalaman sudah dirasakan Daeng. Kapal kandas, sampai retak. Namun tuturnya, speedboat masih jauh lebih kuat daripada kapal kayu berukuran sama.

Karena pengalamannya, Daeng punya banyak pelanggan. Dialah yang paling dicari jika laut sedang bergelora. Ketenangannya menari di atas ombak banyak dipuji mulut ke mulut.

Dari usaha itulah, Daeng bisa menyekolahkan dua anaknya kembar hingga lulus kuliah. Semuanya kini telah bekerja. Satu sudah menetap di pabrik minyak goreng. Satu masih loncat sana loncat sini, pindah-pindah pekerjaan.

Walau zaman sudah berubah, penumpang merosot tajam, Daeng tetap arungi laut. Masih ada satu anaknya kuliah, yang terakhir.

"Biasa sampai dua hari saya bermalam di pelabuhan. Penumpang sepi sekali," akunya.

Daeng punya banyak rekan di pelabuhan. Salah satunya Wa Pendi, pemilik warung kopi.

"Dulu, di sini masih hutan. Saya pertama-tama jualan," kata Wa Pendi.
Pelabuhan speed di Batulicin kini sepi penumpang. Dahulu alur ini sangat ramai, speedboat silih berganti sandar
Dia membenarkan, Daeng Udin saat ini operator speedboat paling senior. Operator yang satu era sama Daeng, tersisa sekitar lima orang saja lagi.

"Semua susah sekarang. Tambah lagi corona gak ada habis-habisnya," keluh ibu paruh baya itu.

Ratna, ibu muda di pelabuhan berharap, pemerintah bisa mencari solusi. Karena, semakin ke sini, penghasilan operator speed semakin memperihatinkan.

"Mungkin bisa dibuat event. Supaya operator bisa mendapat tambahan," imbaunya. (shd/jb)


Space Iklan

Tags :

bm
Jurnal Banua

Situs pemberitaan online Jurnal Banua telah memiliki badan hukum dan terdaftar di Kemenkumham RI. Semua produk pemberitaan diolah melalui proses jurnalistik yang profesional dan bertanggungjawab.

Posting Komentar