Moral Value di Jalan, Perlu Dukungan Dini dari Semua Pihak

Yuri Muryanto Soedarno

Coretan Opini Intermezo

Yuri Muryanto Soedarno *)

Pagi hari beberapa  waktu lalu, saya mengantar anak ke sekolah mengambil Surat Keterangan Lulus (SKL) secara bergiliran karena masa pandemi.

Dengan memakai masker, dan melewati proses protokol kesehatan.
 ; cuci tangan pakai sabun, diperiksa dengan thermo gun dan melewati bilik disinfektan (chamber), serta antri dengan jaga jarak.

Akhirnya selesai, dengan memakai masker dan helm tentunya. Kami pun pulang dengan mengendarai sepeda motor bebek berwarna merah yang sudah lumayan tua, yang usia nya lebih tua dari anak saya. Karena sepeda motor itu saya beli sebelum anak saya lahir.

Anak saya kalau berkelakar, sering menyebutnya BMW (Bebek Merah Warnanya).
Sepertinya tak terasa, motor bebek merah warnanya inilah yang selama enam tahun ini saya kendarai mengantar jemputnya sekolah

Saya masih ingat, pernah suatu ketika waktu dia masih kelas lima. Entah mengapa hari itu keinginannya agak aneh, karena pengen dibonceng tetapi hadap belakang.

Setelah berinteraksi komunikasi dan  menasehati serta membujuk dengan berbagai jurus psikologis, maka akhirnya dia mau saya bonceng dan tidak hadap belakang.

Ini sebenarnya bukan hanya sekedar strategi komunikasi menang atau kalah, tapi lebih dari itu, ini tentang arahan untuk memahami dan menyadari suatu first safety dan etika untuk berprilaku yang wajar dan normatif. Serta tidak membahayakan diri sendiri dan orang lain di jalan.

Saya tidak membesar besarkan kejadian yang terkesan remeh temeh. Tapi lebih dari sekedar itu, menurut hemat saya penanaman norma prilaku dan etika sejak dini bukanlah sesuatu yang remeh.

Karena dari hal yang sangat remeh tetapi diabaikan itulah bisa saja terjadi sesuatu yang fatal.

Masukan masukan yang mengarah pada moral value bisa jadi akan menjadi awalan yang berdampak positif bagi proses prilaku anak.

Ilustrasi norma moral sejak dini, untuk berbuat sopan barangkali adalah suatu pencerahan bagi  perkembangan kejiwaan untuk menumbuhkan sikap interaksi yang baik.

Itu berarti pembelajaran kesopan santunan dan hormat menghormati dalam berlalu lintas di jalan adalah suatu kewajaran untuk di ketuk tularkan.

Pada proses berkendara di jalan, semua orang punya kepentingan sampai pada tujuan tertentu.

Tetapi dalam proses berlalu lintas, hal yang perlu diingat adalah pada prosesnya menghadirkan pranata ; saling hormat menghormati, mengurangi ego, bersabar, dan waspada serta tidak membahayakan diri sendiri dan orang lain.

Dalam arti secara  kesadaran pengguna jalan menghadirkan prilaku baik dan peduli serta saling menghormati di jalan.

Tentunya pihak pihak berkompeten juga sudah sewajarnya pula memberikan ilustrasi bertindak benar bagi proses dinamika perlalu lintasan publik.

Barangkali banyak logika sejak dini yang sangat perlu di beri tahukan bagi seorang anak dalam mengilustrasikan proses peradaban berlalu lintas di jalan.

Banyak kejadian di jalan yang ditemui dan ada nuansa pembelajaran yang dapat terinformasikan pada anak saat sedang ngobrol ngobrol.

Diantaranya, sudah sangat banyak angka kejadian pelanggaran dan kecelakaan berlalu lintas, yang selanjutnya angkanya sangat tidak perlu di tambah.

Ada pengendara motor dan mobil yang membuang abu dan puntung rokok atau sampah sembarangan, yang bisa jadi membahayakan orang lain di belakangnya.
Seakan jalan adalah tempat sampah. Mengapa tidak membiasakan diri membuang sampah pada tempatnya.

Ada juga yang menggunakan hp saat berkendara, bukankah kita mengetahui bahwa konsentrasi yang terbagi saat berlalu lintas dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain, mestinya menepi  dulu atau setelah tidak berkendara.

Ada pula suara knalpot motor atau mobilnya yang seakan merusak pendengaran, serta ada pula pengguna jalan yang ugal ugalan di jalan karena berbagai faktor dan lain sebagainya ...

Saya jadi teringat pada seorang teman yang punya kebiasaan sopan dan sabar  kalau lagi mengemudi di jalan. Saat dia berkendara di padatnya lalu lintas, dengan muka riang dia pernah berkata, "jalan raya dan kemacetan adalah salah satu tempat dan kejadian belajar sabar dan mengendalikan emosi" katanya sembari tersenyum sambil terus menatap ke depan.

Bisa jadi tingkat kesadaran bermasyarakat suatu wilayah tercermin dari prilaku serta budaya dalam berlalu lintas. Meskipun masih banyak faktor juga yang harus masih di analisis.

Mari kita berprilaku sopan dan saling menghormati dan tidak ego dalam mekanisme dan proses berlalu lintas pada ruang, gerak dan waktu.-----

"Selamat Hari Bhayangkara, 1 Juli 2020"

*). Yuri, alumni FISIP ULM, sebagai juara ( I ) Lomba Karya Tulis Masalah Lalu Lintas (1989), pernah mengajar sebagai Dosen Luar Biasa di beberapa Perguruan Tinggi, salah satu pelopor Mapala Fisipioneer.
Kadang menulis tentang Lingkungan, Traveling / Petualangan, dan Puisi serta menyikapi fenomena sekitar.-


Space Iklan

Tags :

bm
Jurnal Banua

Situs pemberitaan online Jurnal Banua telah memiliki badan hukum dan terdaftar di Kemenkumham RI. Semua produk pemberitaan diolah melalui proses jurnalistik yang profesional dan bertanggungjawab.

Posting Komentar